10 Puisi Romantis gombal untuk Kekasih, Bikin Pasangan Semakin Cinta
Puisi Romantis untuk Kekasih, dijamin bisa bikin dia semakin cinta
Ada beragam cara untuk mengungkapkan rasa sayangmu kepada kekasih hati. Mempersembahkan kepada si dia puisi romantis menjadi satu di antaranya.
Saat sedang jatuh cinta, biasanya kamu ingin selalu dekat dengan kekasihmu. Kamu merasa pacarmu akan selalu melengkapi hari-harimu sehingga menjadi lebih berwarna.
Kamu juga akan mengungkapkan rasa sayangmu dengan berbagai cara agar pacarmu makin mengetahui betapa berharganya dia di matamu dan seberapa besar sayangmu kepada dia.
Memberikan puisi romantis dapat makin melekatkan hubungan yang selama ini telah terjalin. Puisi tersebut juga dapat kamu jadikan sebagai sarana menghibur kekasihmu jika sedang memiliki suasana hati yang sedang tidak baik.
Puisi yang kamu buat dapat kamu kirimkan melalui media sosial atau pun mengatakannya secara langsung agar terkesan romantis di hadapan pasanganmu.
Berikut 10 puisi romantis untuk kekasih, yang dapat kamu jadikan ungkapan isi hati
1. Jadilah Bagian Hidupku
Kamu itu lebih dari cantik
Entahlah
Dibanding perempuan lain, wajahmu adalah yang ternyaman di mataku
Tapi, boleh aku kasih sedikit masukan?
Menurutku, cantikmu akan lebih terlihat cerah jika kau ada di samping aku.
Ya, kita adalah dua kepala yang sama keras,
dua hati yang sama rasa
Mungkin esok atau lusa kita akan bertengkar,
tetapi hanya kamulah yang ingin kupeluk sekarang
Sesungguhnya, tidak ada satu haripun aku bosan akan hadirmu
Tidak ada Kekasihku,
aku ingin menjadi cermin untuk kamu dapat melihat dirimu berharga
Hiduplah denganku!
Di mataku,
kamu akan melihat dirimu indah di tiap harinya
Dan menyemangatimu, aku tak pernah tak ada waktu
2. Bersamamu Selalu
Jika sedih tak pernah tersudahi di matamu
sungguh hancur jantungku,
sebab berani membenamkanmu di hatiku
Kau adalah langkah kaki yang selalu berderap
yang kuiringi dengan doa dan harap
Aku adalah pipi yang menyediakan diri untuk air matamu,
kelopak mata yang merelakan diri menjadi keriput kulitmu.
Hingga senja jatuh di matamu,
kita tetaplah sepasang bahu yang saling memangku,
tak pernah berhenti mencukupi
meski berkali-kali lika liku jalan panjang mencoba melelahi.
3. Tak Tahu Persisnya
Pertama kali aku melihatmu
Aku tidak ingat apa-apa
Apakah langit menyengat kulitku
Atau betapa indahnya matahari terbenam
Karena, aku hanya melihatmu
Kamu adalah keindahan
Di setiap helai bulu matamu adalah anugerah dari-Nya
Tawamu yang lepas
Seolah aku ingin masuk di antara barisan gigimu
Yang kian hari makin membuatku sulit untuk lepas dari keterpakuan
Ketika matamu terpejam itu sudah cukup
Ya itu sudah cukup
Lalu kau buka dengan sengaja
Terima kasih
Aku melihat satu masa depanku
Bermain dengan air dan cahaya
Berdiri pun aku sulit
Kau melihatku manja
Aku berikan tanganku tepat di wajahmu
Lantas kau berdiri dan membawa tanganku di setiap genggammu
Aku tidak ingat kapan rasa ini mengikatku
Rasanya sama seperti di detik berapa aku dilahirkan di dunia ini
Semua terjadi begitu saja
Bersamamu
Serupa menyelesaikan semua masalah yang ada
Seperti berada di tengah danau dan ditemani alunan suara indah
Dari yang terindah
Walaupun hanya dua detik
kata-kata yang keluar dari mulutmu tentang aku
Ketika kita jauh setiap dua detiknya aku akan selalu ingat
Saat kita kembali di tempat masing-masing
Tak hentinya aku selalu menunggu kabar darimu
Sampai aku lupa jika aku sedang menunggu kabarmu
Karena ada satu rutinitasku yang takkan pernah bosan aku melakukannya
Yaitu menunggu kabar darimu
Dan Memberi kabar untukmu
4. Selalu Bersamamu
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari
5. Selalu Bersamamu
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari
6. Tak Perlu Pamer
Untuk apa memajang foto kita berdua?
Cita-citaku ingin fotomu ada di buku nikahku.
Untuk apa mention-mentionan mesra?
Selama ada pulsa, aku lebih memilih kita berkomunikasi di chatbox, sms, atau telepon.
Kita, cukup kita yang tahu.
Untuk apa mengucapkan Happy Anniversary setiap bulan?
Aku ingin menjadi seseorang yang bisa bersamamu tahunan, bukan bulanan.
Untuk apa menulis namamu di bio?
Apa belum cukup namamu dalam setiap doaku pada Tuhan?
Karena sebuah kebahagiaan tidak perlu dipamerkan kepada dunia.
7. Kamu
Kamu terpopuler di kepalaku.
Bahkan saat aku tidur
Kepalaku tetap sibuk olehmu.
karena kamu selalu singgah dalam mimpiku.
Kamu seperti sel aktif di otakku
yang tak pernah berhenti kesana-kemari.
8. Sajak Cinta
sebelum senja menutup diri
Aku sadar hidup sangat berarti
manis dirimu berkata-kata
indah cinta itu bahagia
sejenak kutemukan cinta
di langit air mata
kemudian tersadar dan bahagia
Cinta hidupkan arti
hidup penuh makna
9. Ketulusan Cinta
saat tangan itu kugenggam
merekah senyuman hangatmu di hadapku
semua cinta ada dan terasa
Atas dirimu yang beri aku bahagia
‘Ketika ketulusan cinta itu hadir tanpa pamrih,
senyuman dan tawa yang kau berikan.
Aku bersyukur Tuhan telah mempertemukan kita
semua rasa yang terpendam,
rindu atas dirimu yang buatku indah
kau sapa aku dengan senyum hangat
buat sisa hari ini menjadi hari yang terindah
10. Matahari Hati
Sesak menjejak setumpuk sajak
Hancur berkeping di hamparan berserak
matahari yang sangsi
membakar semak
Bunga layu dihempas seteru saat beranjak semerbak
diterbangkan angin kemarau
baru saja sebabak.
Akan lama
tak seperti lalu
Sesuatu yang baru
Jika matahari tak seterik ini
aku tunggu
saat awan putih menari
Itulah hatiku yang merindu menunggu dibalik pintu
dan sejumput senyuman dan bujuk rayu.
harapan rerintik datang
menghapus derita daun jendela
dan embun di dedaunan dihempaskannya
Meski masih pagi kala
ufuk pun masih juga jingga
Kau tahu
tetesan embun itu adalah air mata
Kutumpahkan di bumi pertiwi, tumpah darah kita.